Rabu, 09 Juni 2010

Kesenian Tradisi Memerlukan Modernisasi

Bab 1
Pendahuluan

Latar Belakang
Kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Kita ketahui bahwa bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Kembang kempisnya kehidupan grup wayang orang Sri Wedari Solo, wayang orang Bharata Jakarta, dan sekaligus juga bubarnya grup wayang orang Ngesti Pandhawa Semarang tidak lain karena sedikitnya jumlah penonton setiap pertunjukan. Penonton yang sebelumnya memadati gedung-gedung kesenian telah beralih ke hiburan-hiburan masal yang berbasis teknologi canggih semacam film, televisi, video dll.
Seperti yang kita ketahui tradisi dituntut lebih kreatif dalam menjawab tantangan modernisasi. Salah satunya dengan melakukan tafsir ulang terhadap konsep serta nilai-nilai yang dipertunjukan. Hal ini juga dibahas pada Harian Joglo Semar, mengenai kesenian tradisi memerlukan modernisasi. Contohnya seperti pertunjukan wayang, seni gamelan, lenong dan sebagainya. Tanpa adanya modernisasi kesenian tradisi takkan bisa dilestarikan atau bahkan bisa diambil hak ciptanya. Contohnya seperti kesenian membuat motif batik yang sempat diklaim oleh Malaysia.
Indonesia mempunyai beraneka-ragam kesenian tradisonal dan itu menjadi sebuah identitas bagi bangsa Indonesia sendiri yang harus dipelihara serta dipertahankan terhadap pencemaran unsur-unsur lain, karena Indonesia mempunyai kebudayaan yang tidak dimiliki oleh negara lain.






Bab 2
Pembahasan

• Pengertian Kesenian Tradisional
Kesenian adalah salah satu isi dari kebudayaan manusia secara umum, karena dengan berkesenian merupakan cerminan dari suatu bentuk peradaban yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan dan cita-cita dengan berpedoman kepada nilai-nilai yang berlaku dan dilakukan dalam bentuk aktifitas berkesenian, sehingga masyarakat mengetahui bentuk keseniannya.

• Jenis Kesenian Tradisional diIndonesia
Indonesia sangat kaya akan kesenian seperti, kesenian wayang, seni gamelan, Lenong, seni membatik, dan sebagainya.
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa.
Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Tentang asal-usul kesenian wayang hingga dewasa ini masih merupakan suatu masalah yang belum terpecahkan secara tuntas. Namun demikian banyak para ahli mulai mencoba menelusuri sejarah perkembangan wayang dan masalah ini ternyata sangat menarik sebagai sumber atau obyek penelitian. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel; di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad 18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan Gamelan.
Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi.
Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti “komedi bangsawan” dan “teater stambul” yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

• Modernisasi Di Indonesia
Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang yang sedang berupaya membangun masyarakatnya dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Hal itu dilakukan dengan adanya pembangunan masyarakat secara keseluruhan dalam bidang modernisasi.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia agar setara dengan masyarakat modern bangsa lain. Oleh sebab itu modernisasi di Indonesia dapat dikatakan terbuka, artinya bahwa dalam proses modernisasi tidak tertutup kemungkinan untuk menerima unsur-unsur dari luar. Namun tentunya harus ada filterisasi (penyaringan) terhadap unsur-unsur dari luar.
Gejala-gejala yang tampak dari proses modernisasi di Indonesia meliputi segala bidang, baik teknologi, politik, sosial, ekonomi, agama dan kepercayaan.
• Dampak Positif Modernisasi Terhadap Kesenian Tradisional
Keberadaan Pariwisata, yang menampilkan upacara adat dan kesenian tradisi didaerahnya memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar serta kelangsungan tradisinya. Semakin berkembangnya dunia kepariwisataan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk terus menyelengarakan serta memelihara adat dan tradisinya sebagai komoditas pariwisata. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, akan meningkatkan pendapatan ekonomis serta melahirkan kesadaran baru bahwa masyarakat memiliki nilai jual yang layak ditampilkan. Dengan demikian kesadaran itu memacu masyarakat untuk mempelajari, menggali, serta melestarikan tradisi yang mereka miliki.

• Kekecewaan Atas Modernisasi
Abad ke-19 adakalanya disebut era keberhasilan modernitas (Alexander,1990). Teori sosial dominan mencerminkan optimisme yang tinggi, terutama mencerminkan perasaan elite yang sedang menanjak. Keyakinan terhadap nalar, ilmu, teknologi, efisien, dan efektifnya kapitalisme sebagai penjaga kemajuan permanen, telah tersebar luas. Tetapi, tak lama kemudian ternyata bahwa modernitas menimbulkan efek ambivalen. Selain menguntungkan modernitas juga merusak, dan adakalanya kerusakan itu sangat tragis (bdk. Aron, 1969).
Pada awalnya dampak modernisasi biasanya kita rasakan pertama dalam lingkungan sekitar rumah, khususnya di daerah mertopolitan dan perumahan seperti contohnya jakarta. di kota Jakarta ini dapat kita jumpai orang-orang yang tidak kenal oleh tetangganya, modenisasi telah memakan begitu banyak waktu dan hal dalam hidup kita. rasa persaudaraan antar tetangga, mungkin telah terkikis oleh waktu untuk mengerjakan laporan keuangan, menghitung laba perusahaan, bermain PS, menonton tv, dan mempersiapkan bahan untuk meeting besok. Hal ini juga berakibat pada kesenian tradisi yang kita punya, dengan disibukkannya orang-orang oleh pekerjaannya, orang-orang lebih memilih mengerjakan kesibukannya dibandingkan dengan melestarikan kesenian tradisinya. Diwaktu senggang pun, kebanyakan orang-orang memilih bersantai dirumah atau berlibur keluar kota, jarang sekali mereka menghabiskan waktu luang dengan menonton kesenian tradisi mereka sendiri.

Bab 3
Penutup

• Kesimpulan

Menurut saya sendiri, modernisasi tidak semuanya membawa dampak yang negatif, tetapi juga ada dampak positif seperti yang dibahas pada makalah ini. Tetapi modernisasi juga dapat mengakibatkan orang-orang lupa dengan kesenian tradisinya, hal ini karena disebabkan karena kesenian tradisi kita tidak mampu bersaing dengan perubahan jaman. Terkecuali, kesenian batik yang sekarang juga populer dikalangan anak muda, walau begitu, anak muda jaman sekarang juga tidak begitu berminat belajar membuat motif batik. Hal ini juga disebabkan proses untuk membuat batik sangat susah dan dibutuhkan kesabaran.
Lalu, seni wayang juga sekarang kurang diminati oleh anak muda mungkin karena alur ceritanya susah dimengerti serta pertunjukkannya memakan waktu yang lama, dan sebagian besar mereka lebih senang untuk pergi kemall. Jadi alangkah baiknya apabila kesenian tradisi dapat bersaing dengan modernisasi dengan memanfaatkan modernisasi tersebut, seperti seni wayang dibuat lebih menarik lagi agar para anak muda juga tertarik dan tidak bosan untuk menonton pertunjukkan wayang.


Daftar Pustaka

Sztompka, Piotr, 2007, “Sosiologi Perubahan Sosial”, Jakarta: Prenada.
_________________, 2010, “Kesenian Tradisi Memerlukan Modernisasi”, Yogyakarta: Harian Joglo Semar .
_________________, 1999, “Nasib Seni Tradisi Menjelang Millenium Baru”, www.reocities.com/paris/parc/2713/esai1.html.
Arifninetrirosa, 2005, “Pemeliharaan Kehidupan Budaya Kesenian Tradisional Dalam Pembangunan Nasional”, Universitas Sumatera Utara:_____.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar